Senin, 22 Juli 2024

SIRAH NABAWIYYAH (23) - Hendak disembelihnya ayah Nabi Muhammad ﷺ Abdullah

Hendak disembelihnya ayah Nabi Muhammad ﷺ Abdullah


Abdul Muthalib pun punya kedudukan setelah menemukan air Zamzam besama anaknya harist.


Abdul Muthalib pada saat itu mulai naik kedudukannya, namanya jadi tambah baik, dan seterusnya. Memang orangnya sangat dermawan, semua orang boleh minum air zam-zam, tapi melalui izin dia. Tapi tidak bayar. Dikasih semuanya.


waktu dia tadi punya anak satu, namanya Haris. Dia pikir waktu Saya tadi punya anak satu ini, kayaknya kerepotan enggak ada yang bisa bela dia. Dan seorang raja salah satu kebanggaannya kalau punya keturunan banyak. Maka dia pada saat itu, berazam bernazar, kalau Allah memberikan dia anak laki-laki yang banyak, jumlahnya mencapai sepuluh - Dia akan menyembelih salah satunya. Dikorbankan di depan Ka'bah untuk Allah. 


dan hal ini Enggak ada dalam syariat nabi Ibrahim علَيْهِم ألسَلَّأم ini ijtihat upayanya Abdul Muthalib. سُبْحَانَ ٱللَّٰ berjalan waktu, istrinya melahirkan punya anak enam belas. Anaknya Abdul Muthalib enam belas, sepuluh laki-laki, enam perempuan. 


Laki-laki yang sepuluh ini, yang paling pertama tentu namanya Haris. Kemudian ada, jadi dari sepuluh ini kita bagi, enam ini meninggal sebelum masa kenabian. Empat mendapatkan masa kenabian. Dari sepuluh anak Abdul Muthalib yang laki-laki, ada enam yang meninggal sebelum fase kenabian. Sebelum penobatan nabi ﷺ jadi nabi, ini paman-paman nabi semua ya. Dan ada empat yang mendapatkan fase atau masa kenabian. Enam orang yang tidak dapat masa kenabian ini tentu dimulai dari Haris tadi. Anak pertamanya Abdul Muthalib. Kemudian tentu ada juga beberapa nama ya. Saya sebutkan 


- Al-Harits

- Dhirar

- Hijr

- Muqoddam

- Zubair

- Abdullah. Ayahnya Nabi ﷺ

- abdu uzzah (abu lahab)

- Abu thalib (Abdul manaf)

- hamzah

- abbas


Abdullah ini sebenarnya anak paling bungsu dari Abdul Muthalib. Anak kesepuluh. Anak kesepuluh dari sepuluh anak laki-lakinya. Maka enam orang ini meninggal sebelum masa kenabian. Harist, Dhirar, Hijr, Muqoddam, Zubair, dan Abdullah. Dan ada empat orang hidup sampai masa kenabian. Dua beriman, dua kafir. Yang beriman adalah Hamzah dan Abbas رضوأن ألله علىهم. Ini sempat beriman pada nabi ﷺ dan mulia. Hamzah bahkan menjadi pimpinan para syuhada. Mati syahid mulia di Perang Uhud. Abbas hidup sampai setelah nabi ﷺ meninggal pun. Sampai di zaman Khilafah Umar. Kemudian ada dua yang hidup di masa kenabian tapi kafir. Enggak beriman. Abu Thalib dan Abu Lahab. Abu Thalib ini nama lainnya dia Abdul Manaf. Diambil dari nama kakeknya. Tapi terkenal dengan Abu Thalib. Abu Lahab julukan. Namanya Abdul Uzzah. Dan kita tahu Al-Masad (Al-Lahab) turun pada Abu Lahab ini. Paman nabi ﷺ benci sekali dengan nabi. Benci dengan dakwah. Nanti akan kita ceritakan. Kisahnya dipertemuan yang akan datang.


Yang jelas ini sepuluh orang anak laki-laki nabi ﷺ. Kemudian ada enam orang anak perempuan yang pertama Sofia. Sofia ini ibunya Zubair bin Awam رضي الله. Dan ini sempat masuk Islam di tangan nabi ﷺ. ana perempuan Abdul muththalin iantaranya


- shafiyyah

- Ummu Hakim

- Atiqah

- Umayyimah

- Arwah

- Barr.


Kita masuk sekarang ke masalah kembali ke Abdul Muthalib. Abdul Muthalib ini. Anak terakhirnya yang kesepuluh adalah Abdullah. Dan itu Ayah nabi ﷺ. Abdul Muthalib kan tadi sudah Saya bilang nazar kalau punya sepuluh anak lelaki - - dia akan korbankan salah satunya. 


Lalu dia datang ke dukun di Mekkah, dan dia berkata pada dukun itu, acaklah nama-nama anak Saya. Tradisi mereka pada saat itu suka sekali mengundi nasib. Kalau di dalam agama kita disebutkan tradisi mereka namanya Tatayyur. Mengadu nasib sama benda. Atau sama burung. Orang-orang Arab Quraisy itu dulu kalau mau safar, mereka ambil bulu kemudian mereka tulis safar. Bulu yang kedua, tidak safar. Bulu ketiga kosong. Dimasukkan ke dalam kotak, kemudian dia ambil salah satunya sambil tidak dilihat. Kalau keluar kata-kata safar, dia yakin diperjalanannya aman. Tradisi jahiliyyah. Mereka salah pada saat itu tentunya. Kemudian kalau keluar tidak safar, mereka tidak boleh safar - - kalau mereka safar berarti mereka bakal terkena musibah. Kalau keluar bulu yang tidak ada tulisannya, maka dia ulangi. Ada cara yang lain, sampai dapat safar atau tidak safar ya. Kalau ada tradisi yang lain adalah kalau mengacak nama. Maka mereka menulis nama di batu, lalu batu ini dibalik, kemudian ditaruh lalu diacak. Dikeluarkanlah. Kalau mereka butuh sesuatu dengan cara seperti itu. Ini ditarik dalam hampir setiap kehidupan mereka. Mau beli rumah, mau apa saja - - selalu ditulis dibatu terus diacak di batu itu mengundi nasib dengan itu.


Abdul Muthalib datang kepada satu dukun mengatakan tulis nama anak Saya laki-laki. Semua dari Harits sampai Abdullah. Tulis semuanya sepuluh orang. Acak. Siapa yang keluar namanya, itu yang Saya korbankan. Dan kalau nama Abdullah selamat, tidak keluar, maka Saya langsung eksekusi. Karena Abdullah anak paling bungsu dan paling disayang oleh ayahnya, Abdul Muthalib. Seperti itulah. Baik diacaklah batu ini.


Diambil batu keuar namanya Abdullah. Abdul Muthalib berat sebenarnya. Ini anak paling bungsu disayang. Musyawarah sama anak-anaknya bagaimana. Tidak apa-apa ayah. Acak aja lagi. Acak lagi. Yang kedua kali namanya Abdullah lagi. Sampai tiga kali. Namanya Abdullah terus yang diambil keluar.


Padahal ini batu diacak sepuluh nama. Kata Abdul Muthalib berarti memang sudah anak ini nasibnya. Bawa Abdullah. Dibawalah Abdullah ini ke depan Ka'bah ditaruh di atas sebuah batu, biasanya mereka taruh di situ sembelihan. Taruh kambing, apa dipegang di atas batu itu baru mereka sembelih untuk berhala-berhala.


Ditaruhlah Abdullah. Mau disembelih sama dia. Tangannya diikat, diikat kakinya. Angkat pedang mau disembelih. Orang-orang Quraisy lihat. Apalagi yang Abdul Muthalib buat nih? Datang tanya, "Hai Abdul Muthalib apa yang kau lakukan?" "Saya sudah nazar, kalau Allah kasih Saya sepuluh anak, Saya sembelih salah satunya." "Dan Saya sudah acak nama-nama anak Saya yang keluar anak ini." Saya mau jalankan nazar Saya. Orang-orang Quraisy bilang "Engga bisa. Jangan. Mereka berusaha tahan." Akhirnya Abdullah ini ditarik-tarik. Sampai akhirnya, karena ditarik-tarik ada orang Quraisy yang sempat menarik bagian badannya - - dan menarik kupingnya sampai kuping Abdullah sempat luka. Maka ada julukan Abdullah yang luka kupingnya. Ayah nabi ﷺ. Baik.


Pada saat itu orang-orang Quraisy mengatakan ''Wahai Abdul Muthalib, sadarlah.'' "Kalau kau lakukan ini, sementara kamu adalah tokoh masyarakat di Mekkah, maka akan jadi sebuah tradisi nanti." Akhirnya setiap orang punya sepuluh anak laki-laki, satu disembelih. Dan apa kenikmatannya orang punya anak tapi disembelih? Jangan dilakukan. Mari kita berhukum. Berhukumlah. Cari hakim. Kembali kepada wanita dukun di Madinah. Suku Saidah tadi. Yang tadi pada saat pertama mau cari air zam-zam, mau miliknya siapa air zam-zam - - kan mereka ke Madinah, tapi dukunnya pergi ke Khaybar, enggak ketemu. Tidak sempat ketemu akhirnya dapat air dari telapak kaki untanya Abdul Muthalib. Sekarang enggak, Mereka pergi lagi ke Madinah ketemu sama dukun itu. Tanya "Bagaimana nih?" 


pada saat itu, dukunnya ditanya berapa Diyat. Diyat itu denda. "Berapa dendanya orang di Mekkah Quraisy kalau ada yang membunuh?" Kata Abdul Muthalib "Sepuluh ekor unta." Jadi kalau ada orang membunuh supaya dia tidak dibunuh, dia harus bayar ke walinya orang yang dibunuh sepuluh ekor unta. Kata si dukun, "Tulis nama Abdullah di batu. Tulis juga sepuluh ekor unta di batu yang lain." Balik, acak. Ngundi nasib terus ini. Acak. Waktu diacak, kata dukunnya "Kalau keluar namanya Abdullah - - supaya Abdullah selamat, tambah batu yang ketiga tulis sepuluh ekor unta lagi. Sampai Abdullah selamat." "Kalau keluar nama unta, nah baru untanya (disembelih) baru Abdullah selamat." Ditaruh batu sepuluh ekor unta sama Abdullah. Diacak. Namanya Abdullah keluar. Tambah batu dua puluh ekor unta sekarang. Sepuluh. Setiap batu sepuluh ya. Sepuluh ekor unta batu kedua. Keluar lagi namanya Abdullah. Terus sampai sepuluh batu. Sampai akhirnya ada sepuluh batu semuanya tertulis sepuluh unta, satu namanya Abdullah.


Waktu diacak setelah sepuluh, diangkat keluar namanya Abdullah. Dan ini pastilah, karena sepuluh batu semuanya unta. Semustinya secara rasional gitu. Tapi ini pada saat itu keyakinan orang. Abdul Muthalib bilang "Saya enggak percaya. Saya belum puas. Coba acak lagi." Diacak lagi. Diambil. Unta yang keluar sampai tiga kali. Kata Abdul Muthalib baiklah. Kalau begitu, Saya akan sembelih itu seratus ekor unta. Seratus ekor unta. Karena setiap batu sepuluh. Ada sepuluh batu. Maka seratus ekor unta. Pada saat itu akhirnya dengan kejadian ini, Abdullah selamat dari sembelihan atau dikurbankan. Dan nabi ﷺ berkata dalam sebuah hadis "(cari ayat) "Saya keturunan dari dua orang yang hampir disembelih." Ismail عَلَيْهِ السَّلَامُ oleh ayahnya nabi Ibrahim dan Abdullah oleh ayahnya Abdul Muthalib. Baik.



nadzarnya Abdul Muthalib untuk menyembelih anaknya. Terdapat riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas mengenai nadzarnya Abdul Muthalib – kakek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam-,

وقد كان عبدالمطلب بن هاشم نذر إن توافى له عشرة رهط أن ينحر أحدهم فلما توافى له عشرة أقرع بينهم أيهم ينحر فطارت القرعة على عبدالله بن عبدالمطلب وكان أحب الناس إلى عبدالمطلب فقال عبدالمطلب اللهم هو أو مائة من الإبل ثم أقرع بينه وبين الإبل فطارت القرعة على المائة من الإبل

Dulu Abdul Muthalib pernah bernadzar, jika dia memiliki 10 anak lelaki maka akan menyembelih salah satunya. Ketika Abdul Muthalib memiliki 10 anak lelaki, dia mengundi siapa anaknya yang akan disembelih. Ternyata yang keluar nama Abdullah. Sementara Abdullah adalah anaknya yang paling dia cintai. Kemudian Abdul Muthalib mengatakan, “Ya Allah, Abdullah atau 100 ekor onta.” Kemudian dia mengundi antara Abdullah dan 100 onta. Lalu keluar 100 ekor onta. (Tarikh at-Thabari, 1/497).

Mengenai latar belakang nadzarnya, disebutkan dalam riwayat mursal dari az-Zuhri dan Abu Mijlaz bahwa Nadzar Abdul Muthalib ini terkait rebutan zam-zam. (as-Sirah an-Nabawiyah as-Sahihah, Dr. Akram al-Umari,  hlm. 93).

Ketika Abdul Muthalib menggali zam-zam, banyak suku Quraisy yang berusaha merebutnya atau meminta agar dimiliki bersama. Namun Abdul Muthalib tidak bersedia. Sementara Abdul Muthalib tidak memiliki banyak keturunan lelaki. Akkhirnya dia bernadzar, jika memiliki 10 anak lelaki, maka akan disembelih satu. Dengan harapan, ketika anak lelakinya banyak, dia bisa lebih leluasa dalam menguasai zam-zam.

Dalam kitab ar-Rahiq al-Makhtum diceritakan lebih lengkap…

Ketika Abdul Muthalib memiliki 10 anak, diapun melaksanakan nadzarnya. Abdul Muthalib menyampaikan maksudnya ini kepada semua anaknya, dan merekapun mantaati ayahnya. Lalu 10 nama anaknya ditulis dan dimasukkan dalam undian. Ketika diundi, keluarlah nama Abdullah.

Abdul Muthalib menggelendeng Abdullah menuju ka’bah dengan membawa sebilah pisau untuk penyembelihan. Banyak orang Quraisy melarangnya, terutama paman-pamannya dari Bani Makhzum, dan saudaranya Abu Thalib.

“Apa yang harus aku lakukan dengan nadzarku?” tanya Abdul Muthali kebingungan.

Ada yang menyarankan, untuk mendatangi dukun perempuan, dan minta saran darinya.

Dukun itu menyarankan, tulis nama Abdullan dan tulis 10 ekor onta. Lalu diundi, jika keluar nama Abdullan, gantikan dengan 10 ekor onta, sampai Allah menentukan pilihan dengan keluar 10 onta.

Lalu diapun kembali dan mengundi antara nama Abdullah dengan 10 ekor onta.

Undian pertama keluar nama Abdullah, digantikan dengan 10 ekor onta.

Diundi lagi, keluar nama Abdullah, digantikan 10 ekor onta… hingga 10 kali, baru keluar nama 10 ekor onta., hingga berjumlah 100 ekor onta. Sejak saat itu, diyat pembunuhan di tengah suku Quraisy ditetapkan 100 ekor onta. (ar-Rahiq al-Makhtum, hlm. 43 – 44)

Kejadian ini menunjukkan bagaimana perlindungan yang Allah berikan untuk terlahirnya Nabi terakhir, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada peluang ayahnya meninggal sebelum menikah, namun Allah jaga kehidupan Abdullah dari keinginan Abdul Muthalib untuk menyembelihnya.

Mengapa disebut putra 2 manusia yang disembelih?

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keturunan Nabi Ismail. Dalam hadis dari Watsilah bin al-Asqa’ radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى كِنَانَةَ مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيلَ وَاصْطَفَى قُرَيْشًا مِنْ كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِى هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِى مِنْ بَنِى هَاشِمٍ

Sesungguhnya Allah memilih bani Kinanah di kalangan keturunan Ismail. Lalu Allah memilih Quraisy di kalangan bani Kinanah. Lalu Allah memilih Bani Hasyim dari kalangan Quraisy. Dan Allah memilihku dari kalangan bani Hasyim. (HR. Muslim 6077, Turmudzi 3964 dan yang lainnya).

Sehingga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah keturunan 2 manusia yang berencana akan disembelih, Ismail dan ayah beliau, Abdullah. Karena itulah beliau merupakan keturunan 2 manusia yang akan disembelih (Ibnu Dzabihain).

Disebutkan dalam riwayat, beliau bersabda,

أنا ابن الذبيحين

“Saya putra dua manusia yang akan disembelih.” (Sirah Ibnu Hisyam, 1/151 – 155)

Allahu a’lam.