Abdul Muththalib Menggali Kembali Sumur Zam-Zam
Telaga zam-zam terus lenyap dari permukaan dan tidak diketahui tempatnya, hingga Abdul Muththalib memangku jabatan sebagai pemberi makan dan minum jama’ah haji. Suatu ketika ia didatangi di dalam tidurnya, lalu orang tersebut berkata, “Galilah thayyibah (sumber kebaikan)!”
Abdul Mutthalib berkata, “Apa itu thayyibah?” Keesokan harinhya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, “Galilah barrah (sumber manfaat).”
Abdul Mutthalib berkata, “Apa itu barrah?” Keesokan harinya ia didatangi lagi dan orang itu berkata, “Galilah al–Madhnunah (sesuatu yang dikikirkan)?”
Abdul Muththalib berkata, “Apa itu al–Madhnunah?” Lalu orang tersebut berkata, “Galilah zam-zam!” Orang tersebut berkata, “Yaitu sumur yang tak pernah kering airnya, dan tak pernah habis, engkau akan dapat memberi minum berapa pun jumlah jamaah haji. Terletak di antara kotoran dan darah (tempat penyembelihan hewan untuk sesajian ke Ka’bah). Tepatnya di mana seekor gagak yang bersayap putih mematuk (hewan sesajian). Telaga ini nantinya menjadi kebanggaanmu dan anak keturunannya.
Dan memang burung gagak bersayap putih selalu mematuk hewan sesajian di tempat darah dan kotoran. Lalu keesokan harinya Abdul Mutthalib membawa cangkul dan belindung. Ia berangkat bersama anaknya al-Harits. Di hari itu anaknya, hanya al-Harits, mereka terus bertakbir dan berkata: “Ini sumur Ismail.”
Orang-orang Quraisy berkata: “Ikutkan kami menguasainya!” Abdul Muthalib berkata, “Aku tidak akan melakukannya, ini khusus untukku. Kalau kalian tidak puas, carilah orang untuk mengadili kita!”
Mereka berkata, “Wanita tukang tenung di bani Sa’ad.” Lalu mereka berangkat menuju wanita tersebut. Di tengah perjalanan mereka dilanda kehausan yang sangat dan mereka nyaris mati.
Maka Abdul Muththalib berkata, “Demi Allah! Sikap pasrah ini kelemahan, kenapa kita tidak berusaha mencari air? Semoga Allah memberi kita air. Merekapun bersiap-siap berpencar mencari air, dan Abdul Muththalib mulai menunggang kendaraannya. Ketika ontanya bergerak, terpancar dari bawah kuku ontanya air tawar, sekonyong-konyong Abdul Muththalib bertakbir, dan para sahabatnya ikut bertakbir lalu mereka semuanya meminum air tersebut.”
Dan mereka berkata kepada Abdul Muththalib, “Orang yang menginformasikan tentang sumur zam-zam telah memutuskan perkara kita, Demi Allah! Selama-lamanya kami tidak akan menghujatmu. Lalu mereka kembali dan merelakan zam-zam dikuasai oleh Abdul Muththalib.